Akhir dunia
Kalau semua ini sudah berakhir
Katakana padaku “ sebentar lagi semua akan kembali”
Tak akan pergi lagi dan membuatmu menangis
Yang kau tunggu akan datang padamu
Kau yang masih menunggu..
Duduklah dan bebaskan tatapanmu
Setalah hari yang bertalu-talu
Yang kau sebut dangan nama “kenangan”
Sayapmu akan tumbuh lagi di punggungmu
Luka2pun akan sembuh
Dan rahasia tetap akan menjadi rahasia
Itulah yang akan membuatmu selalu tersenyum
Tersenyum bersama dengan keabadian dan dunia
Berkali-kali menanam doa yang kau tunggu
Berkali juga kau akan mengenali sesuatu
Kesimpulan yang akan menjadi jawaban dari semua pertanyaanmu
Gambar yang tak jelas hanya kubuat dalam mimpi
Sebaik apapun itu tak menunggu jawaban istimewa
Malam yang dingin taklukkan dengan doa
Malam yang dingin hangatkan dengan pelukan
Malam yamg dingin akan kumainkan gitar
Aku telah bernyanyi
Seolah-olah jadi manusia paling tertawa
Tapi hidup tak semuanya untuk seperti ini
Hari ini tak akan pernah bisa kulihat lagi dengan cara ini
Bahwa wewangian yang kuhirup dapat kurasakan dengan seluruh tubuhku
Semuanya yang diam…aku mengerti…
Masa yang akan datang
Sunrise yang amat orange
Mengawali terik yang kering dan sejuk di siang itu
Langit yang diam …awan,aku suka memandangnya
Memandangnya berlama-lama
Aku tenang membebaskanku
Dilain tempat kau juga mendengar lagu tentang hujan
Hujan yang lembab seperti ribuan petikan kecapi yang memainkan nada2nya
Bercanda seperti misteri anak-anak kecil yang bermain
Jaman-jaman sudah menjadi rata dengan tanah
Semua sudah tak ada bedanya
Aku mengirimkan cerita pada cinta
Merasakan penyesalan yang ternyata perih
Aku ingi berdamai dengan kesedihan
Langkah kuhentikan sebentar
Kuberi ucapan,aku memejamkan mata
Merasakan tiupan angin di pipi dan telingaku
Meresapi kisahku masa itu
Memberi kecupan pada lagu itu
Kadang semua ini membuatku gelisah
Langit yang sepi
Rasa-rasa yang sepertinya percuma
Tapi DIA melewatiku lagi
Aku membuka mata lagi….
Untuk itulah aku harus hidup!!
Membuatnya
jadi bagian
Sebagai
sisi lain kehidupanku
Memberiku
senyuman
Coretan
kalah sekali lagi
Nasib baik
dan terindah
tanpa putus
asa kebanggaanku
Semakin
lama manja manja
Tak tenang
denyut berhambur
Kosong dan
jelas
Mending
kala bernafas loce
Untuk pipi
yang makin tambun
Aku
katakana lebih tergenggam
Peran
sanjungan yang memuakkan
Bukan
makan-makan
Atau
bermalas-malasan
Tapi hanya
ingin “itu”
(Menunjuk
rembulan)
Terapung
berkaca
Minta
tolong
Tenggelam
Berhenti
melepaskan nafas
Terbangun
tergesa-gesa
Cuma
sebatas mimpi yang mati
Tak pernah
terjadi
Memaparkan
malam-malam panjang’
Dapat
tertegun sebentar
Merasa
takut menjadi pengecut
Karena ia
tau
Nafasnya
teramat kencang
Dan dengus
semacam itu
Adalah
seputar ketakutan
Terpikir…..hilang
Terlintas….terbang
Tentang apa
di balik musik ini
Suara-suara
membungungkan
Terhenti,
nada ini mati
Bertanya
tapi pada apa
Berdiri di
batu-batu
Dari
seluruh arah
Itu mereka,
tapi dari mana ?
Satu
berkata akrab denganku
Sampai
kembai berat
Keningku
tertekan ingin masuk
F ke E
siapa yang bersembunyi
Pending
ingin ke mana?
O iya,
mereka jelas dari surga
Lascar-laskar
damai
Sekarang
lagu-lagu ini
Sekarang
puisi-puisi ini
Denganku
masih terhibur
Bercumbu
dengan irama roh
Bernostalgia
meoranding sedih
Tenanglah……
Kesannya
datar tak tercoret lain
Bau nafas
kisi asap
Sehari
tidur menunggu nanti
‘membingungkan
setia sehat kembali
Merasa
segar menghirup penat
Kalut oleh
tenunan mendung
Cuek dengan
alam-alam ini
Merumuskan
kisah selamanya
Biarkan
waktu beranak cucu
Simpan kea rah
selatan
Tanaman
kembang terhalang
Seperti
hujan
Seperti
mimpi itu lagi
Bertemu
musim di jalan
Menyapa
sebentar
Hilang lagi
di langit diam
Sentuh
birunya langit lepas
Tertidur
pulas di batu-batu
Broken
bernyanyi membangunkan aku
Mengajak
bercinta dengan senja hujan
Sore kering
tersejuk
Dan
tersenyum dua masa
Harus
mengerti berkali-kali
Yang dia
rasa
Yang aku
rasa
Dan kami
mungkin sama-sama bilang
Sesuatu
yang dangkal dan tak indah lagi
Batin dan
fiksi mimpi
Dulu telah
bernyanyi
Kelompok
ini telah lebih pulas
Wajah
berakting sama
sampai aku
hany tertawa
“tertawa di
lautan”
Tenggelam
atau terbang dan tak mengerti
Berpijak
dalam punggung
Paus-paus
dan singa-singa
Pulau-pulau
dan hamparan konyol
Tak akan
kucari tau lagi
Bersembunyi
enggan mendekat
Tak jelas
mengentas dari serabut malam
Di suatu
pulasan
Atas
gubahan broken heart
Jauh
menggema tanpa jaman
Sepertinya
ini bukan masaku
Status
delapan puluh untukkku
Dengan
inspirasi keindahan
Dengan
tanpa jawab
Aku
tanyakan pada mayat baru dan peri hujan
Aku harus
menangis kecil
Mengusapnya
dengan cengeng’
Menunduk
malu
Bernafas
cepat atau dendam
RETAK
BERKARAKTER
Teman…ini
coretan kalah untuk yang kedua kali
Pesan-pesan
mereka
Menyerap
kebencian
Gulungan
rel bertalu
Menjauh ,
karna aku menghabiskan raut
Kebanggaan
bernada mati
Menanam
polesan seimbang
Thanks more
kalau tau fu*&* more
Benamkan
sekaleng dendam
Seuntai
manis berhambur
Keramaian
sunyi
Ucapkan
sepanjang daun
Benci-benci
yang tolol
Takar
segenggam lagi
Kepalan
sanjungan kepedihan
Melanjutkan
perjalanan
Yang ini
beri tau
Dan aku
belum mati
Dan aku
belum hidup
Menciumku
lagi
Sedih yang
aku tekan
Terbangun
tak jelas dengan siapa
Sebab hanya
kertas ini yang tau
Diam-diam
Lama sekali
Mengusap
dengan cengeng
Kesimpulan
yang mungkin masih salah
Deras menaruh
tinta
Itu datang
bersama raut marut
Aku tertawa
dengannya
Warna
terhalus yang paling ramah
Yel-yel
muram sekarang sudah kubuang
Ceria
sekarang dengan ceritaku
Comments